Hanya
Tuhan dan Dosen yang tau anda sehat atau tidak.
Tuhan
tau karena Dia yang memberikan kalian kesehatan, dan dosen tau karena dia yang
memberi kalian satu dari 5 huruf keramat (A,B,C,D,E) yang terkadang menyehatkan
kalian dan tak jarang menyakitkan bahkan jauh lebih sakit daripada di phpin
atau diputusin pacar gara-gara mamah, lebih menyakitkan dari sekedar kanker
biasa yang bahkan bisa membuat anda koma dan stadium akhir. hiks! IPK (Indeks
Prestasi Kumulatif) memang takkan ada habisnya dibahas baik dalam bangku
kuliah, bangku kantin, bangku rapat, bangku perpus, sampai bangku tongkrongan
dan bangku tukang bakso serta mi ayam.
Sebagian
berpendapat bahwa IPK bisa mempengaruhi prospek karir di masa depan, karena
orang-orang yang mendewai IPK ini beranggapan bahwa jika posisi menentukan
prestasi dalam dunia kuliah, maka prestasi akan menentukan posisi dalam dunia
kerja. begitulah kira-kira. Ada juga yang beranggapan bahwa IPK tak lebih dari
sekedar pengalaman saat kuliah yang tidak terlalu penting dan tidak ada
pengaruhnya sama sekali dengan karir.
"liat
aja tuh si Tejo, IPK 0,99 tapi kerjanya di BI (Bank Indonesya)". Lah kok
bisa? Iyalah wong buyutnya gubernur BI. Hoo, itu mah gemah ripah loh jinawi
toto tentrem kerto raharjo (Yang melimpah buyutnya yang tentrem cucu karo
cicitnya).
Hahahah
Bisa dilanjutin? "lanjut lanjut ", gumam anda tak sabar :D Semua
penghuni kampus baik yang tampang borjuis otak proletar maupun yang otak
borjuis tampang proletar atau yang keduanya proletar dan keduanya borjuis,
pasti setuju bahwa IPK bukanlah satu-satunya indikator yang menjadi penentu
keberhasilan di masa yang akan datang.
TETAPI....
IPK mampu menjadi indikator untuk mengukur etos kerja berupa tanggung jawab,
integritas, kosistensi, dan determinasi seseorang, khususon MAHASISWA.
Bagaimana IPK mampu mengukur etos kerja yang penuh dengan kata kata aseng itu?
Inilah
ulasannya...
Pertama
Akuntabilitas (Tanggung Jawab)
Tanggung
jawab menggambarkan penghargaan yang setinggi-tingginya atas tugas dan amanah
yang di emban. Jika anda sebagai Lurah, maka mulai dari cicit lurah sampai
buyut lurah, suami lurah dan istri lurah, serta jin lurah dan ebles lurah,
berada dibawah tanggung jawab anda, titik. Jika anda sebagai Presiden seperti
Pak Jokowi, maka mulai dari rakyat jelata sampai rakyat melata, rakyat apatis
bahkan yang sudah di baptis, kaum jomblo dan kaum jompo, sampai dengan kaum
buruh dan kaum jonruh (baca jonru), tetap berada di bawah tanggung jawab anda.
Nah, bagaimana dengan mahasiswa? Jika anda sebagai mahasiswa yang memperoleh
IPK yang baik (di atas 3 ya, itu indikator perusahaan bukan saya), maka anda
akan dipandang sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab atas diri anda sendiri.
Jika
tanggung jawab itu telah ada, maka berarti anda memiliki komitmen dan keteguhan
diri untuk menjalankan amanah yang telah diberikan Tuhan untuk menuntut ilmu
dan amanah yang diberikan orang tua agar anda kuliah dengan baik. Mulia bukan?
Nah, kalo IPK nya jelek (di atas 2 masih toleransi)? Bagaimana anda bisa dikatakan
sebagai orang yang bertanggung jawab bahkan untuk urusan kuliah saja masih
keteteran. Ingat, IPK bukanlah pembeda antara orang yang cerdas dan orang yang
dunggu. IPK adalah pembeda antara orang yang giat dan orang malas. Dengan kata
lain, IPK adalah al-furqon (bahasa Qur'an) yaitu pembeda antara yang
bertanggung jawab dan yang tidak bertanggung jawab. So, bagi wanita-wanita
anggun khususnya mahasiswi Fakultas Ekonomi (Fakultas Bidadari), hati-hati
dalam memilih manusia yang akan mengisi hati kalian.
Jangan
sampai anda salah dan memilih si dia yang tidak bertanggung jawab. Untuk kuliah
saja dia tidak bertanggung jawab apalagi untuk anda. Daripada kalian menjadi
korban, saya kira disini ada yang menunggu kalian sambil tersenyum menuliskan
kalimat ini, HEHEHE (just Intermezo).
Kedua
Integritas Integritas
bagi
mahasiswa akan mengajarkan bagaimana berlaku dan menjunjung tinggi kejujuran,
kemantapan hati, dan keutuhan dalam dunia perkuliahan. Anda boleh tinggi IPK
nya, tetapi pertanyaannya apakah nilai-nilai keramat itu anda peroleh dengan
cara yang haq atau dengan kebatilan? Sebagai mahasiswa anda harus amar ma'ruf
nahi mungkar (menebar kebaikan dan mencegah kemungkaran), begitu kata Ustadz di
tipi tipi. IPK bisa menjadi tolak ukur etos kerja berupa integritas jika nilai
yang anda peroleh adalah murni karena kejujuran bukan karena keterselubungan,
suap menyuap, dan goda menggoda. Loh, jangan salah loh. apa sih yang gak ada di
zaman yang serba ada ini. Jangankan goda menggoda, kafir mengkafirkan saja buanyaakk.
Jika anda masih menjunjung tinggi nilai-nilai integritas berupa kejujuran
sebagai pijakan utama seorang mahasiswa, saya kira dosen-dosen tidak perlu
repot untuk menghemat dana kampus dalam rangka pengadaan drone dan kamera
pengintai yang bisa digunakan dan dijalankan untuk menggantikan pengawas ujian
saat UTS maupun UAS. hehehe
ketiga
Konsistensi
Mahasiswa
yang konsisten dengan IPK nya rata-rata adalah mahasiswa yang SeTiA (Selamat
Tinggal Adinda), kakanda mau fokus kuliah dulu. heheh. Bukan, bukan seperti
itu! Mahasiswa yang konsisten adalah mahasiswa yang IPK nya stabil sejak awal
ia di ospek sampai akhir ia disidang dan diwisuda. Konsisten adalah kaidah
semantik untuk ungkapan yang positif. Artinya konsistensi IPK anda harus dalam
taraf yang Wajar Tanpa Syarat (WTS) bukan Wajar Tapi Salah (WTS). Konsisten
dalam angka 3 atau 4 adalah WTS yang pertama, sedangkan konsisten di angka 1
atau 2 adalah WTS yang kedua. Mafhum maksudnya? Saya bukannya
membanding-bandingkan tetapi saya hanya belajar untuk mengukur. Toh dalam
kehidupan nyata akan anda temukan bahwa dunia ini terkotak-kotak dalam sebuah
ukuran. Seorang CEO akan dianggap lebih baik daripada seorang PNS biasa, apa
tolak ukurnya? Finansial tentunya. Atau seorang pekerja lebih baik dari seorang
pengemis, apa tolak ukurnya? Usaha. Dengan menemukan kenyataan dan realitas
hidup semacam itu, apakah anda tidak ingin menjadi manusia yang konsisten?
Dengan poin ini, saya hanya berharap agar anda, saya, dan kita semua berangkat
dari latabelakang pendidikan yang berbeda, tetapi semoga kita mampu menjadi
manusia yang konsisten dalam berbagai hal, kapanpun dan dimanapun.
Keempat
Determinasi
Ukuran
etos kerja seseorang berupa determinasi akan mampu dilihat dari adanya
peningkatan IPK dari satu semester ke semester berikutnya. Ingat bahwa dalam
hidup, jika anda tak sanggup melakukan konsistensi, maka langkah terbaik adalah
menjadi pribadi yang selalu berkembang dan tumbuh menjadi lebih baik, dalam
segala aspek. Itulah Determinasi. Mahasiswa yang menunjukan peningkatan IPK
dari tahun pertama sampai tahun berikutnya (sampai 4 aja jangan lebih) adalah
mahasiswa yang penuh dengan kerja keras. Saya kira jenis manusia seperti ini
adalah orang-orang yang sangat disukai dan disegani baik dimasyarakat dan
dimanapun mereka berpijak. Demikian yang bisa saya bagikan. Sebagai penutup
untuk tulisan yang tanpa sengaja hinggap di kepala dan tertuang menjadi untaian
kata lalu terbaca oleh mata anda kemudian berbekas dalam hati anda, saya hanya
ingin mengatakan
Oleh HAMZANI SI RAJA TELAT KAMPUS
..........If hardwork
is your weapon then success will be your slave.........
(Gunakan hati nurani
untuk menterjemahkan kalimat aseng itu)
0 comments:
Post a Comment