TERNYATA MALAIKAT IZRAIL MENZIARAHI KITA SETIAP 21 MENIT

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjVdumgqMV-lcBvbTD1Etrt9aHJyB_MQPCxabwopreJ5S3JG2rGy7Gbw0hEk8CuZ6j_JHD9ICmhAgNnhTyJ1gTBtOTgr61kFQL5lTEmTCnloj36PpDDKH844h2rX_zP1Fapp330y5duiZu/s1600/MALAIKAT.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjVdumgqMV-lcBvbTD1Etrt9aHJyB_MQPCxabwopreJ5S3JG2rGy7Gbw0hEk8CuZ6j_JHD9ICmhAgNnhTyJ1gTBtOTgr61kFQL5lTEmTCnloj36PpDDKH844h2rX_zP1Fapp330y5duiZu/s200/MALAIKAT.jpg" width="200" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sahabat Fillah...... Betapa sering malaikat maut melihat dan</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">menatap wajah seseorang, yaitu dalam waktu 24 jam sebanyak 70 kali. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seandainya manusia sadar hakikat tersebut, niscaya dia tidak akan lupa untuk mengingat mati.Tetapi oleh karena malaikat maut adalah makhluk ghaib, manusia tidak melihat kehadirannya, sebab itu manusia tidak menyadari apa yang dilakukan oleh Malaikatulmaut.</span></div> <blockquote class="tr_bq"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Coba kita lihat » 1 hari=24 jam=1440 menit. 1440 menit/70 kali malaikat melihat kita=20.571 menit, itu berarti Sang pencabut nyawa menziarahi kita setiap 21 menit.</span></div> </blockquote> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:</span></div> <blockquote class="tr_bq"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">merenungi wajah seseorang, didapati orang itu sedang</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">bergelak-ketawa. Maka berkata Izrail: ‘Alangkah herannya</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">aku melihat orang ini, padahal aku diutus oleh Allah untuk</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">mencabut nyawanya kapan saja, tetapi dia masih terlihat</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">bodoh dan bergelak ketawa’.”</span></div> </blockquote> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seorang sahabat pernah bertanya:</span></div> <blockquote class="tr_bq"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Wahai Rasulullah, Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?”</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Rasulullah SAW menjawab:</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling:</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas."[HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy].</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">by :Muhammad Syamsul Islam</span></div> </blockquote> </div>

TERNYATA MALAIKAT IZRAIL MENZIARAHI KITA SETIAP 21 MENIT

Sahabat Fillah...... Betapa sering malaikat maut melihat dan menatap wajah seseorang, yaitu dalam waktu 24 jam sebanyak 70 kali.  Se...

Read more »

PERTANYAAN MALAIKAT DIDALAM KUBUR

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> Tanya : Man Rabbuka? Siapa Tuhanmu?<br />Jawab : Allahu Rabbi. Allah Tuhanku.<br />Tanya : Man Nabiyyuka? Siapa Nabimu?<br />Jawab : Muhammadun Nabiyyi. Muhammad Nabiku<br />Tanya : Ma Dinuka? Apa agamamu?<br />Jawab : Al-Islamu dini. Islam agamaku<br />Tanya : Man Imamuka? Siapa imammu?<br />Jawab : Al-Qur’an Imami. Al-Qur’an Imamku<br />Tanya : Aina Qiblatuka? Di mana kiblatmu?<br />Jawab : Al-Ka’batu Qiblati. Ka’bah Qiblatku<br />Tanya : Man Ikhwanuka? Siapa saudaramu?<br />Jawab : Al-Muslimun Wal-Muslimat Ikhwani. Muslimin dan Muslimah saudaraku..<br />Jawabannya sangat sederhana bukan?<br />Tapi apakah sesederhana itukah kelak kita akan menjawabnya?<br />Saat tubuh terbaring sendiri di perut bumi.<br />Saat kegelapan menghentak ketakutan.<br />Saat tubuh menggigil gemetaran.<br />Saat tiada lagi yang mampu jadi penolong.<br />Ya, tak akan pernah ada seorangpun yang mampu menolong kita.<br />Selain amal kebaikan yang telah kita perbuat selama hidup di dunia.<br />Astaghfirullahal’Adzim..<br />Ampunilah kami Ya Allah..<br />Kami hanyalah hamba-Mu yang berlumur dosa dan maksiat..<br />Sangat hina diri kami ini di hadapan-Mu..<br />Tidak pantas rasanya kami meminta dan selalu meminta maghfirah-Mu..<br />Sementara kami selalu melanggar larangan-Mu..<br />Ya Allah…<br />Izinkan kami untuk senantiasa bersimpuh memohon maghfirah dan rahmat-Mu..<br />Tunjukkanlah kami jalan terang menuju cahaya-Mu..<br />Tunjukkanlah kami pada jalan yang lurus.<br />Agar kami tidak sesat dan tersesatkan…<br />Aamiin Yaa Rabbal’Aalamiin<br />Ya ALLAH…<br />Jauhkanlah hamba dan Setiap orang yang mengucapkan<br />“AAMIIN”dari siksa api neraka&jadikanlah kami golongan<br />orang2 yg beriman yg menjadi penghuni surgaMU. Aamiin Yaa Rabbal’Aalamiin.<br />by: Muhammad Syamsul Islam</div>

PERTANYAAN MALAIKAT DIDALAM KUBUR

Tanya : Man Rabbuka? Siapa Tuhanmu? Jawab : Allahu Rabbi. Allah Tuhanku. Tanya : Man Nabiyyuka? Siapa Nabimu? Jawab : Muhammadun Nabiyyi. M...

Read more »

MENYICIL ISTANA DI SURGA

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:<br />مَنْ قَرَأَ [ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ] عَشْرَ مَرَّاتٍ؛ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتاً فِي الْـجَنَّةِ.<br />Barangsiapa membaca [ qul huwAllahu ahad ] sebanyak sepuluh kali, niscaya Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga. (Hadis Sahih. Lihat: Shahih al-Jami’ No 6472)<br />Pada riwayat lain berbunyi:<br />مَنْ قَرَأَ [ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ] حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ؛ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْـجَنَّةِ.<br />Barangsiapa membaca [ qul huwAllahu ahad ] hingga akhir surat sebanyak sepuluh kali, niscaya Allah akan membangunkan baginya sebuah istana di surga. (Hadis Hasan. Lihat: ash-Shahihah No 589)<br />Hadis di atas menjelaskan salah satu keutamaan surat al-Ikhlas, yaitu bagi muslim yang membaca surat tersebut sebanyak sepuluh kali, maka Allah akan membangunkan sebuah istana di surga baginya. Sebuah keutamaan yang sangat istimewa. Bila di dunia terus menerus menjadi “kontraktor”, semoga di akhirat menjadi pemilik istana yang lengkap dengan limpahan kenikmatan di dalamnya. Mari diamalkan, semoga Allah memberikan keutamaan tersebut kepada kita.<br />1⃣ Sekali:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />(1). Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.<br />(2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.<br />(3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.<br />(4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.<br />(QS. al-Ikhlas 1-4)<br />2⃣ Dua kali:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />3⃣ Tiga kali:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />4⃣ Empat kali:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />5⃣ Lima kali:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />6⃣ Enam kali:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />7⃣ Tujuh kali:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />8⃣ Delapan kali:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />9⃣ Sembilan kali:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />🔟 Sekali lagi, yang terakhir kesepuluh:<br />قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.<br />Semoga Allah memberikan taufik dan kemudahan kepada kita untuk memperbanyak amal shalih. Aamiin.<br /> by: Muhammad Syamsul Islam</div>

MENYICIL ISTANA DI SURGA

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: مَنْ قَرَأَ [ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ] عَشْرَ مَرَّاتٍ؛ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتاً فِي ...

Read more »

Kisah Mengharukan Detik Wafatnya Rasulullah SAW

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div style="text-align: right;"> </div> Ibnu Mas’ud berkata: ”Ketika dekat wafat Nabi Muhammad SAW<br /> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZl6Vj0f7LIpPQxDfpjeLIxWXtGKzv-xek9XHXB9DE2cQfnX3DjnAga8mOqyQN75im6HL8QBYietwNvavqLZSFcXgiHpKHx91GnLsdk9KZiCec38M_I3AV3Mlc3pNXS9OLO-M7Cb47UXjx/s1600/RASULL.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="159" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZl6Vj0f7LIpPQxDfpjeLIxWXtGKzv-xek9XHXB9DE2cQfnX3DjnAga8mOqyQN75im6HL8QBYietwNvavqLZSFcXgiHpKHx91GnLsdk9KZiCec38M_I3AV3Mlc3pNXS9OLO-M7Cb47UXjx/s200/RASULL.jpg" width="200" /></a>berkumpullah kami di rumah Ibu kita Aisyah. Kemudian Beliau memandang<br /> kami dan bercucuranlah air matanya.<br /> Beliau bersabda:<br /> ”Marhaban bikum rahimakumullah” (selamat datang kamu semua, mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada kamu) aku berwasiat kepada kamu agar takwa kepada Allah dan taat kepadaNya. Telah dekat perpisahan dan telah tiba kembali kepada Allah dan ke surga Al-Ma’waa. Hendaklah nanti Ali yang<br /> memandikan aku, Al-Fadhal bin Abbas yang menuangkan air dan Usamah bin<br /> Zaid yang membantu keduanya. Kafanilah aku dengan pakaianku sendiri<br /> kalau kamu mau, atau dengan pakaian buatan Yaman yang putih. Jika kamu<br /> sudah memandikan aku letakkanlah aku di tempat tidurku didalam kamarku<br /> ini di tepi liang lahadku. Kemudian keluarlah meninggalkan aku sesaat.<br /> Karena pertama-tama yang menshalatkan aku adalah Allah Azza wa Jalla,<br /> kemudian Jibril, kemudian Israfil, kemudian Mika’il, kemudian Malaikat<br /> Maut beserta anak buahnya, kemudian semua Malaikat yang lain. Setelah<br /> ini barulah kamu masuk sekelompok demi sekelompok dan shalatkanlah aku.”<br /> Setelah mereka mendengar kata perpisahan Nabi Muhammad SAW ini mereka berteriak seraya menangis.<br /> Mereka berkata:<br /> ”Ya Rasulullah, engkau adalah Rasul kami<br /> dan kepala kumpulan kami. Serta penguasa perkara kami. Jika engkau<br /> harus pergi, lalu kepada siapakah nanti kami akan kembali dalam<br /> menghadapi kesulitan?”<br /> Nabi Muhammad SAW bersabda :<br /> ”Aku tinggalkan kamu pada jalan kebenaran dan jalan<br /> yang bersinar dan aku tinggalkan untuk kamu dua penasehat: Yang<br /> berbicara dan yang diam. Yang berbicara adalah Al-Qur’an, sedang yang<br /> diam adalah kematian. Apabila ada sebuah kesulitan pada kamu maka<br /> kembalilah kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan apabila hatimu keras<br /> membantu lembutkanlah dia dengan mengambil pelajaran dengan hal ihwal<br /> kematian.”<br /> Detik-detik Rasulullah saw menjelang sakaratul maut.<br /> Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."<br /> Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.<br /> Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.<br /> Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.<br /> "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.<br /> "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah? " tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.<br /> "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini? " tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.<br /> Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?"<br /> Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku". Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.<br /> Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.<br /> "Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wasalim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.<br /> by: Muhammad Jial Mukhsin </div>

Kisah Mengharukan Detik Wafatnya Rasulullah SAW

Ibnu Mas’ud berkata: ”Ketika dekat wafat Nabi Muhammad SAW berkumpullah kami di rumah Ibu kita Aisyah. Kemudian Beliau memandang kami d...

Read more »

Bingkisan air mata untuk 1928

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXrBi7qjFXSGiijOmPqMkmloht8-DoTazVfEUfhyYlYn-1shgA-ARUlRkPnAkZ8W-_DpbBt61MQsJAt181OiAPazLCd2XrUlnT7q6Ty4K06jtwJu0XgFR6zLN_lTVNbc2Y_oB5VnaS0LOn/s1600/SUMPAH+PEMUDA.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXrBi7qjFXSGiijOmPqMkmloht8-DoTazVfEUfhyYlYn-1shgA-ARUlRkPnAkZ8W-_DpbBt61MQsJAt181OiAPazLCd2XrUlnT7q6Ty4K06jtwJu0XgFR6zLN_lTVNbc2Y_oB5VnaS0LOn/s1600/SUMPAH+PEMUDA.jpg" /></a></div> <h2> <span style="color: red; font-size: x-large;">Ketika para pemuda melupakan sumpah nya</span></h2> <div style="text-align: justify;"> Bukan kami yang mengucap sumpah 81 tahun yang lalu. Tetapi kakek tua renta yang duduk di seberang sana. Maka tidak ada ikatan apa pun bagi kami. Sungguh, Kek, apa yang kakek lakukan 81 tahun silam itu tidak berarti apa-apa bagi kami.<br /> <br /> Mungkin bagi kakek, itu adalah sebuah bukti pengorbanan dan rasa cinta taah air bagi kakek. Namun bagi kami, disaat kini dimana cinta tanah air sudah tidak lagi populer dan dianggap sebagai sebuah fanatisme sempit dan tergeser oleh tatanan masyarakat global, apa yang kakek lakukan hanya tinggal coretan kata di buku pelajaran anak-anak yang masih memakai baju putih-merah.</div> <blockquote class="tr_bq"> <h3> <span style="color: red;">Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia</span></h3> </blockquote> <div style="text-align: justify;"> Kek, aku ingin bertanya sesuatu. Apa itu tanah air? Kami pun tidak tahu. Sesungguhnya kami adalaha warga negara Indonesia. Kami hanya manusia yang bermukim di wilayah yang kebetulan merupakan bagian dari wilayah kedaulatan NKRI. Bukan berarti kami rela menumpahkan darah demi tempat tinggal kami. Sungguh jika kami mampu, maka kami akan lebih memilih tinggal di negara-negara Eropa sana untuk agar bisa memadu kasih di bayang-bayang keindahan Eiffel, berteriak kebebasan di atas Miss Liberty, atau tersesat di keramaian kota New York.<br /> <br /> Hanya saja kami tidak mampu. Takdir mendamparkan kami di negeri yang masyarakatnya banyak di bawah garis kemiskinan atau tepat di garis kemiskinan tersebut. Negeri dengan ketimpangan ekonomi<br /> <br /> Hanya saja kami tidak mampu. Takdir mendamparkan kami di negeri yang masyarakatnya banyak di bawah garis kemiskinan atau tepat di garis kemiskinan tersebut. Negeri dengan ketimpangan ekonomi yang sangat besar. Dan sebuah negara besar yang bahkan tidak berkutik meski berulang kali diusik oleh tetangganya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Jadi buat apa kami menumpahkan darah untuk tanah ini? Sungguh hanya orang-orang bodoh yang rela menumpahkan darah dan berperang hanya demi apa yang mereka sebut harga diri. Heran saja di zaman globalisasi ini masih ada orang yang fanatik sempit hanya untuk apa yang mereka sebut tanah air. Kami hanyalah warga negara, kami bukan penduduk. Tidak ada kewajiban bagi kami untuk membela apa yang disebut tanah air. Bahkan kami tidak mengerti apa itu.</div> <blockquote class="tr_bq"> <h3> <span style="color: red;">Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia</span></h3> </blockquote> <div style="text-align: justify;"> Sadarlah, Kek. Jendral tersenyum itu tidak lagi berkuasa. Tidak ada lagi istilah menyatukan keragaman. Di masa sekarang ini yang sedang trend adalah upaya mempertahankan keragaman. Tidak perlulah kalian berbohong dengan berkata hanya ada satu bangsa di NKRI ini<br /> <br /> Bahkan secara nyata tampak dari dulu bahwa negara ini didiami oleh bermacam-macam bangsa yang berbeda baik itu pribumi maupun pendatang. Secara ilmiah, tidak ada apa itu yang kalian sebut sebagai Bangsa Indonesia. Selama 32 tahun Orde Baru istilah Bangsa Indonesia hanya digunakan orang-orang Jawa dalam upayanya menjajah daerah-daerah lain. Kini lihatlah mereka mulai sadar bahwa tidak ada Bangsa Indonesia, yang ada adalah Bangsa Jawa yang memaksakan bangsa-bangsa lain di NKRI ini untuk mengikuti mereka.<br /> <br /> Jadi, Kek, kenapa kalian berbohong bahwa kalian itu sama? Kenapa kalian membuat sumpah palsu bahwa kalian itu satu? Bukankah pada kenyataannya kalian itu berbeda-beda dan itu tidak dapat dipungkiri lagi. Mungkin hanya satu kesamaan kalian pada waktu itu yaitu: sama-sama dijajah!<br /> <br /> Kenapa pula Kakek bangga mengaku bagian dari mereka? Lihatlah mereka adalah sekumpulan orang-orang yang malas bekerja dan korup. Tidak ada yang membanggakan dari mereka. Lihatlah negara yang kaya ini hancur bukan karena orang lain, tetapi karena perilaku mereka sendiri. Lalu apa yang Kakek banggakan dengan mengaku bahwa kalian adalah satu: Bangsa Indonesia?</div> <blockquote class="tr_bq"> <h3> <span style="color: red;">Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia</span></h3> </blockquote> <div style="text-align: justify;"> Kek, ingatkah adikku yang paling kecil kini bersekolah di Taman Kanak-Kanak? Disana dia tidak lagi diajari bahasa persatuan kalian itu. Ini era globalisasi. Maka kini Bahasa Persatuan kami adalah Bahasa Inggris. Bahasa Inggris lah yang menyatukan kami dengan negara-negara lain. Bahasa Inggris pula lah yang menunjukkan seberapa terpelajar kami di masayarakat kita ini.<br /> <br /> Maka jangan heran jika kini orang tua kami lebih suka menyekolahkan  anaknya  di  sekoah  yang  mengajarkan  Bahasa</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <blockquote class="tr_bq"> <div style="text-align: justify;"> <a href="http://ecsis.blogspot.com/2015/11/di-balik-catatan.html" target="_blank">jangan tersinggung klik di sisni</a> </div> </blockquote>

Bingkisan air mata untuk 1928

Ketika para pemuda melupakan sumpah nya Bukan kami yang mengucap sumpah 81 tahun yang lalu. Tetapi kakek tua renta yang duduk di sebera...

Read more »